Skip to main content

Pengertian Ilmu Shorof/Tashrif dan Pentingnya Mempelajarinya

Table of Content [ ]
Pengertian Ilmu Shorof/Tashrif dan Pentingnya Mempelajarinya - Ilmu shorof adalah salah satu cabang ilmu penting yang mesti diketahui seseorang yang sedang mempelajari bahasa Arab. Karena dengan shorof, kita dapat mengetahui perubahan dari satu kata ke bentuk lainnya.

Pengertian Ilmu Shorof/Tahsrif

Ilmu shorof atau yang lebih dikenal dengan ilmu tashrif secara bahasa mempunyai arti perubahan. Dalam QS. al-Baqarah: 164 Allah telah berfirman;

{...وَتَصْرِيْفِ الرِّيْحِ...}

Artinya : "... Dan pengisaran angin ...".

Tashrif pada ayat di atas bermakna perubahan angin dari satu kondisi ke kondisi lainnya dan dari satu arah ke arah lainnya.

Adapun pengertian ilmu shorof secara istilah adalah ilmu yang membicarakan bentuk dan keadaan suatu kalimah (bina') yang mencakup jumlah huruf dan harakatnya. Seperti bentuk kalimah fi'il madhi (masa lampau), fi'il mudhari' (masa sekarang/yang akan datang), fi'il amar (kata perintah), isim maf'ul (yang dikenai pekerjaan), isim fa'il (yang melakukan pekerjaan), dan sebagainya.

Ilmu shorof atau tashrif adalah ilmu yang menjelaskan tata cara mengubah suatu kalimah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dengan maksud menghasilkan makna yang berbeda-beda.

Contoh Ilmu Shorof/Tashrif

نَصَرَ - يَنْصُرُ - نَصْرًا - نَاصِرٌ - مَنْصُوْرٌ - أُنْصُرْ - لَا تَنْصُرْ

Artinya : telah menolong - sedang/akan menolong - pertolongan - orang yang menolong - yang ditolong - tolonglah - jangan kamu tolong.

Perhatikan contoh tahsrif di atas. Misal kita ingin menyusun sebuah kalimat dengan kata kerja yang menunjukkan masa lampau, maka kita menggunakan kata نَصَرَ, jika menghendaki menunjukkan masa sekarang atau yang akan datang maka memakai kata يَنْصُرُ, dan begitu seterusnya.

Contoh shorof dalam kalimat :

  • نَصَرَ خَالِدٌ زَيْدًا (Khalid telah menolong Zaid).
  • يَنْصُرُ خَالِدٌ زَيْدًا (Khalid sedang menolong Zaid).
  • خَالِدٌ أَحْسَنَ زَيْدً بِنَصْرِهِ (Khalid telah berbuat baik kepada Zaid dengan menolongnya).
  • خَالِدٌ نَاصِرٌ (Khalid adalah orang yang menolong).
  • زَيْدٌ مَنْصُوْرٌ (Zaid adalah orang yang ditolong).
  • أُنْصُرْ زَيْدًا (Tolonglah Zaid).
  • لَا تَنْصُرْ زَيْدًا (Jangan kamu menolong Zaid).

Pada contoh di atas dapat kita lihat secara jelas perbedaan makna yang dihasilkan seiring dengan berubahnya dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Baca juga : Pengertian Wazan dan Mauzun, Pembagiannya dalam Ilmu Shorof

Perbedaan Ilmu Shorof dan Ilmu Nahwu

Terkadang, ilmu shorof atau ilmu tashrif dianggap sebagai bagian dari ilmu nahwu. Akan tetapi, dengan melihat fokus utama pembahasannya, antara ilmu shorof dan ilmu nahwu dipandang sebagai dua ilmu yang terpisah. Di mana ilmu shorof membahas perubahan suatu kata atau kalimah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, sedangkan ilmu nahwu membicarakan seputar susunan suatu kalimat beserta kondisinya.

Fokus pembahasan ilmu shorof lebih kepada aturan perubahan kata/kalimah dari satu bentuk ke bentuk lainnya guna mendapatkan makna yang berbeda-beda. Ilmu sharaf membahas bagaimana kata "نَصَرَ" berubah menjadi "نَصَرْتُ" dan bentuknya yang lain. Misalkan, jika yang menolong adalah "kita" maka kata kerjanya berubah menjadi "نَصَرْنَا". Perubahan yang seperti ini memiliki rumus khusus yang dibahas secara mendalam di ilmu shorof.

Adapun ilmu nahwu fokus bahasannya lebih kepada bagaimana suatu kata/kalimah disusun beserta kaidah-kaidah yang terkait dengannya, seperti harakat akhir, kedudukan kalimah, dan bentuknya yang tepat sehingga dapat memberikan pengertian atau informasi secara lengkap dan utuh.

Contoh mudahnya seperti kalimat :

جَلَسَ زَيْدٌ (Zaid telah duduk).

Kata "زَيْدٌ" pada contoh kalimat di atas memiliki harakat akhir berupa dhammah. Pemberian harakat tersebut tidak dilakukan secara sembarangan tanpa melihat keadaan suatu kalimat yang ada. Kemudian, kata "زَيْدٌ" tersebut berkedudukan sebagai subyek (fa'il) yang diakhirkan ketimbang kata kerjanya "جَلَسَ", padahal dalam tata bahasa kita, subyek lebih didahulukan daripada kata kerja. Begitu pun dalam pemilihan katanya, ada kaidah tersendiri yang mengatur hal tersebut. Contohnya ketika orang yang duduk adalah perempuan, maka kata kerja yang digunakan otomatis juga berubah, menjadi : "جَلَسَتْ هِنْدٌ (Hindun telah duduk)".

Semua hal di atas diterangkan secara mendalam dan rinci dalam ilmu Nahwu.

Pentingnya Ilmu Shorof dan Ilmu Nahwu

Ilmu shorof dan ilmu nahwu sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh seseorang yang ingin memahami teks-teks berbahasa Arab. Oleh karenanya, ilmu shorof dan ilmu nahwu disebut dengan ilmu alat, yaitu ilmu untuk memahami kalimat dalam bahasa Arab. Ilmu shorof dan ilmu nahwu merupakan kunci sukses dalam gudang keilmuan keislaman. Begitu pentingnya ilmu shorof dan ilmu nahwu untuk kita pelajari, sampai-sampai Syekh Syarofuddin Yahya bin Nuruddin bin Musa bin Romadon bin Umairah al-Imrithy berkata dalam kitabnya "Nadham al-Imrithy" :

النَّحْوُ أَوْلَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَ | إِذِ الكَلَامُ دُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَ

Artinya : "ilmu nahwu adalah ilmu yang paling utama untuk dipelajari, karena suatu kalimat tanpanya, tidak dapat dipahami".

Itulah pengertian ilmu shorof/tahsrif dalam bahasa Arab, dan perbedaan ilmu shorof dan ilmu nahwu beserta pentingnya untuk mempelajarinya. Semoga artikel ini mengedukasi dan menginspirasi.

Article Policy: Diperbolehkan mengambil sebagian artikel ini untuk tujuan pembelajaran dengan syarat menyertakan link sumber. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami.
Tutup Komentar