Skip to main content

Tradisi Keplok Alfiyah 1002 Nadhom ala Pondok Pesantren di Indonesia

Table of Content [ ]
Tradisi Keplok Alfiyah 1002 Nadhom ala Pondok Pesantren di Indonesia - Salah satu kitab nahwu fenomenal dan banyak dikaji pesantren di Indonesia adalah kitab Alfiyah karya Imam ibnu Malik. Kitab ini disusun dalam bentuk syair yang terdiri dari 1002 bait nadham. Dikatakan fenomenal, karena hampir sebagian besar pesantren yang ada di Indonesia menggunakan kitab ini sebagai pedoman pokok linguistik Arab.

Kitab Alfiyah ibnu Malik yang di negara barat kerap disebut "The Thousand Verses" (seribu ayat) ini banyak dipelajari berbagai pesantren di Indonesia, dan metode pembelajaran yang digunakan biasanya dilakukan dengan model hafalan. Bahkan beberapa pesantren ada yang mewajibkan para santri untuk menghafalkan semua bait nadhom Alfiyah sebagai syarat kelulusan. Tidak sedikit juga dari mereka mampu menghafal semua bait dengan pola hafalan terbalik.

Untuk memudahkan hafalan, biasanya para santri melantunkan bait-bait nadhom itu dengan berbagai langgam lagu mulai dari religius hingga lagu-lagu gambus. Fenomena menarik dari cara penghafalan bait nadhom ini adalah dengan cara tepuk tangan atau biasa dinamakan keplok Alfiyah yang sudah menjadi sebuah tradisi khas beberapa pesantren di Indonesia.

Salah satu pesantren yang hingga kini tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi keplok Alfiyah adalah pondok pesantren Raudlatut Thalibin - Leteh yang terletak di jantung kota kabupaten Rembang - Jawa Tengah. Bukan sembarang keplok, tradisi ini memiliki beragam manfaat dan keseruan tersendiri. Tak jarang jika para santri kemudian menunggu momentum tersebut.

Baca juga: Kitab Nahwu dan Sharaf yang Banyak Dipelajari di Pesantren

Kegiatan keplok Alfiyah ala pondok pesantren Raudlatut Thalibin ini dilaksanakan secara rutin setiap malam Jum'at setelah sholat Maghrib berjama'ah. Tidak ada kewajiban bagi para santri untuk memakai baju koko mengenakan peci. Bahkan sejumlah santri ada yang sampai melepas bajunya karena saking asiknya hingga tidak terasa keringat deras bercucuran.

Secara sekilas terlihat mudah memang, namun ternyata susah-susah gampang. Karena tradisi keplok Alfiyah ini membutuhkan keserasian lisan dan tepukan tangan serta kekompakan. Semula para santri membentuk formasi lingkaran, kemudian melantunkan syair demi syair kitab Alfiyah ibnu Malik. Tentu tidak semua santri bisa mengikutinya, lantaran ada 1002 bait nadhom yang harus dihafal sebelum bergabung dalam lingkaran tersebut. Dan menghafal bait-bait nadhom yang ada dalam kitab Alfiyah bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, mengingat bait-bait yang ada dalam kitab tersebut cukup banyak. Oleh karena itu, biasanya para santri dalam menghafal seribu bait nadhom dilakukan secara bertahap.

Baca juga: Kitab Alfiyah Ibnu Malik dan Kegiatan Hafalan Santri

Kesaksian Muhammad Dinwari, salah satu santri ponpes Raudlatut Thalibin dalam unggahan Esradiorembang, mengaku membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun menghafalkan nadhom Alfiyah. Menurutnya, selain menjadi sarana meningkatkan kualitas hafalan dan kekompakan antar santri, tradisi keplok Alfiyah minimal dapat menyegarkan suasana di tengah rutinitas pondok pesantren.

KH. Syarafuddin, salah satu pengasuh ponpes Raudlatut Thalibin - Rembang menjelaskan, bahwa tradisi keplok Alfiyah merupakan jembatan bagi para santri supaya mudah dalam menghafal. Menurut beliau, keplok Alfiyah menunjukkan belajar tidak mesti melulu berada di dalam kamar. Justru ketika santri tua dan muda berbaur dalam hingar binar tepuk tangan bisa saling mengingatkan bila ada kesalahan.

Keplok Alfiyah juga tidak hanya diperuntukkan bagi santri putra, para santri putri pun juga melakukan hal yang serupa, Pungkasnya.

youtube image
Article Policy: Diperbolehkan mengambil sebagian artikel ini untuk tujuan pembelajaran dengan syarat menyertakan link sumber. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami.
Tutup Komentar