Isim adalah? Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Kalimatnya
Oleh Nahwushorof.ID, pada : Maret 03, 2021

Pengertian Isim
Bahasa Indonesia dan bahasa Arab ini kaya akan perbedaan. Yang diartikan dengan "kalimah" dengan bahasa Arab ialah "kata" dalam artian bahasa Indonesia. Beberapa kumpulan kalimah dalam bahasa Arab disebut sebagai "jumlah". Sedangkan dalam bahasa Indonesia "jumlah" diistilahkan dengan "kalimat".Kalimah (كَلِمَة) menurut para ulama ahli nahwu juga bisa disebut menggunakan istilah kilmah atau kalmah (كِلْمَة/كَلْمَة) yang secara etimologi berarti "kata".
Sedangkan menurut terminologi kalimah (كلمة) adalah lafadz mufrod (mandiri) yang memperlihatkan arti tertentu suatu kata. Dengan demikian, apabila tidak memperlihatkan suatu arti tertentu, maka tidaklah sah disebut sebagai kalimah.
Adapun yang dimaksud dengan isim adalah kata benda atau nomina dalam pengertian bahasa Indonesia, yaitu jenis kata yang bisa mengarah pada benda, barang, hewan, manusia dan segala hal yang tidak mempunyai waktu. Kata benda atau nomina ini dapat menempati peranan sebagai Subyek (S), Objek (O) dan pelengkap Klausa. Definisi isim tersebut tidak berbeda jauh dengan pengertian isim dalam tata bahasa Arab, yang menjelaskan bahwa:
الإِسْمُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا وَ لَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
Artinya: "Isim adalah kata yang memperlihatkan suatu arti tertentu dengan sendirinya dan tidak terikat oleh waktu".
Supaya lebih memahami pengertian isim sebagaimana yang dimaksud, perhatikan contoh isim dalam tabel berikut ini:
Contoh Isim | ||
---|---|---|
Arab | Transliterasi | Indonesia |
كِتَابٌ | Kitaabun | Buku |
جَوْهَرٌ | Jauharun | Bunga |
أَسَدٌ | Asadun | Singa |
زَيْدٌ | Zaidun | Zaid |
كُرْسِيٌّ | Kursiyyun | Kursi |
Sebagai perumpamaan, saat kita mendengar contoh isim seperti kata أَسَدٌ (singa), tidak muncul pertanyaan akan waktunya, apakah akan singa, sedang singa, atau sudah singa? Itu yang diartikan وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا bahwa isim merupakan kalimah yang terlepas/tidak terikat dengan waktu.
Adapun yang diartikan memperlihatkan arti dengan sendirinya adalah tanpa butuh menyandingkannya atau menyusunnya dengan kalimah lain sudah dapat ditangkap oleh lawan bicara. Contohnya seperti كِتَابٌ artinya sebuah buku, mustahil ia memperlihatkan arti selain buku. Ketika disebutkan buku kita tidak mungkin menangkap penggaris sebagai artinya. Contoh lain seperti زَيْدٌ (nama seseorang), kita sudah mengetahui arti tersebut tanpa dipertemukan dengan kalimah lain sebab ia telah memperlihatkan arti untuk dirinya sendiri, mustahil jika kita akan berpikir kepada seseorang yang namanya Khalid.
Baca juga: Pembagian Kalimah Isim dalam Bahasa Arab
Dari penjelasan di atas, maka bisa kita ambil kesimpulan bahwa isim adalah kata benda (nomina) yang menunjukkan makna kata tertentu tanpa terikat oleh waktu sekalipun ia tidak dalam keadaan tersusun pada suatu kalimat.
Dalam bahasa Arab sendiri, semua jenis kata yang ada dalam bahasa Indonesia baik memiliki sifat konkret atau abstrak digolongkan sebagai kalimah isim. Seperti nama orang, hewan, tumbuhan, tempat, dan segala hal yang dapat dibendakan. Namun ada pengecualian, yakni kata kerja (verba) dan kata tugas. Seperti menulis, membaca, belajar, untuk, oleh, dan, ke.
Lebih lanjut, untuk mengenali suatu kalimah, apakah kalimah itu termasuk isim, fi'il atau huruf kita perlu melihat ciri-ciri dari masing-masing tersebut yang telah dirumuskan oleh para ulama ahli nahwu. Kalimah isim bisa diketahui dengan beberapa ciri, dan tidak diisyaratkan harus ada semua ciri-ciri yang dimilikinya. Cukup satu tanda ia telah sah disebut kalimah isim, terlebih ia mempunyai dua tanda atau lebih. Ciri-ciri isim sebagaimana yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Ciri-ciri Isim
Imam ibnu Malik telah menjelaskan mengenai ciri-ciri yang dimiliki oleh kalimah isim melalui nadham Alfiyah berikut ini:
بِالجَرِّ وَ التَّنْوِيْنِ وَ النِّدَا وَ أََل | وَ مُسْنَدٍ لِلْاِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَل
Dari nadham Alfiyah di atas, dapat kita ketahui bahwa isim memiliki 5 ciri-ciri sebagai pembeda dengan kalimah lainnya. Lebih jelasnya, mari kita uraikan satu-satu ciri-ciri isim sebagaimana perkataan Imam ibnu Malik tersebut.
1. I'rab jar (بالجرّ)
Ciri-ciri isim yang pertama yaitu layak apabila di i'rabi dengan i'rab jar (khafadh), baik itu dengan huruf (بالحرف), penyandaran (بالإضافة), atau mengikuti pada kalimah yang terjatuh sebelumnya (بالتّابع). Contohnya seperti kalimat:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Dengan menyebut nama-Mu yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
Lafadz بسم dibaca jar karena dimasuki ب (huruf jer), lafadz اللّه dibaca jer karena jadi mudhaf ilaih, dan lafadz الرّحمن الرّحيم adalah isim yang dibaca jar sebab menjadi sifat dari lafadz اللّه.
2. Kemasukan tanwin (التّنوين)
Ciri isim yang kedua yaitu layak menerima masuknya tanwin, yang secara bahasa berarti bunyi/suara. Menurut istilah, tanwin adalah nun sukun yang seolah-olah ada di akhir isim secara pelafadzan (penyuaraannya) tapi pisah/raib saat ditulis dan diwaqofkan. Contohnya seperti kata رَجُلٌ (orang laki-laki), dan أَبٌ (bapak).
Penting diketahui bahwa tanwin dalam ilmu nahwu yang menjadi ciri-cirinya isim itu digolongkan ke dalam 4 jenis, yaitu tanwin tamkin, tanwin tankir, tanwin muqobalah, dan tanwin iwadl.
3. Menjadi munada (النداء)
Ciri isim berikutnya adalah layak apabila dimasuki huruf nida' atau menjadi munada. Karena kalimah-kalimah yang dapat dimasuki huruf nida' hanyalah kalimah isim saja. Misalkan kalimat يَا مُحَمَّدُ (wahai Muhammad), maka kata مُحَمَّد pada contoh barusan merupakan kategori kalimah isim untuk nama seseorang.
4. Kemasukan al ta'rif (ال تعريف)
Ciri-ciri isim yang keempat yaitu dapat menerima masuknya alif lam ta'rif (red: dibaca al), adalah huruf yang berperan untuk mema'rifatkan suatu kalimah.
Contoh isim yang disertai alif lam tarif seperti lafadz رَجُلٌ (memiliki sifat umum) saat dimasuki ال jadi الرَّجُلُ (memiliki sifat tertentu).
5. Menjadi musnad ilaih (مسند اليه)
Ciri-ciri isim yang terakhir yaitu layak apabila dijadikan sebagai musnad ilaih, artianya kalimah yang disandarkan padanya, yaitu musnad (مسند), sandaran atau sebagai sandaran. Selanjutnya, hubungan ke-2 nya dikatakan sebagai isnad (إسناد). Sederhananya adalah yang dikatakan sebagai subyek dan predikat dalam pengertian bahasa Indonesia. Misalkan kalimat:
نَصَرَ خَالِدٌ / خَالِدٌ نَصَرَ
"Khalid menolong / Khalid orang yang menolong"
Maka kedudukan خالد pada kalimat di atas adalah sebagai musnad ilaih, dan نصر sebagai musnad-nya.
Demikianlah penjelasan tentang pengertian dan ciri-ciri isim dalam bahasa Arab. Setelah mempelajari ini, semoga dapat membantu pemahaman pemula sehingga dapat membedakan perbedaan kalimah antara satu dengan lainnya. Terlebih lagi setelah mempelajari ini kita semakin termotivasi belajar bahasa Arab sebagai gerbang awal menyelami khazanah keilmuan keislaman.