Skip to main content

Pengertian dan Macam-macam Isim Mu’rab beserta Contohnya

Table of Content [ ]
Nahwushorof.ID - Isim mu’rab adalah kata benda dalam bahasa Arab yang mengalami perubahan bentuk akhirnya karena masuknya amil yang berbeda-beda. Ada 9 (sembilan) macam isim mu'rab, contohnya seperti kata "muslimun" (مُسْلِمٌ), "ad-duma" (الدُّمَى), "al-qadhi" (القَاضِيْ), dan sebagainya. Mari kenali lebih dalam mengenai pengertian, macam-macam dan bagaimana contoh penggunaan isim mu'rab dalam kalimat bahasa Arab.

Pengertian Isim Mu’rab

Secara bahasa (etimologi) kata "mu’rab" (معرب) merupakan bentuk isim maf’ul dari kata "a'raba-yu'ribu" أَعْرَبَ-يُعْرِبُ yang berarti menyatakan, menerangkan, mengungkapkan, atau mengucapkan.

Sedangkan pengertian isim mu’rab secara istilah (terminologi) adalah isim yang berubah-ubah harakat akhirnya sebab berbedanya amil yang masuk pada kalimah isim tersebut.

إِسْمٌ مُعْرَبٌ هُوَ مَا تَتَغَيَّرُ حَرَكَةُ آخِرِهِ بِتَغَيُّرِ العَامِلِ الدَّاخِلِ عَلَيْهِ. وَهُنَاكَ إسْمٌ مُعْرَبٌ بِالحَرَكَاتِ، وَاسْمٌ مُعْرَبٌ بِالحُرُوْفِ

“Isim mu’rab adalah isim yang harakat akhirnya berubah sebab berbeda-bedanya amil yang masuk. Dan isim mu’rab yang demikian ada yang dii’rabi dengan harakat dan huruf”.

Berbeda dengan isim mabni yang tetap bentuk akhirnya dalam keadaan apapun. Harokat akhir isim mu'rab akan mengalami perubahan tanda akhir bacaan sesuai amil yang mendahuluinya.

Coba perhatikan contoh penggunaan isim mu'rab dalam kalimat berikut:

  • هَذَا كِتَابٌ - Ini buku.
  • أَقْرَأُ الكِتَابَ - Saya membaca buku.
  • أَكْتُبُ فِيْ الكِتَابِ المُعَيَّنِ - Saya menulis di buku khusus.

Jika dicermati kata "kitab" (كِتَابٌ) pada contoh kalimat di atas berubah-ubah harokat akhirnya seiring dengan berbedanya amil yang masuk pada kata tersebut. Amil itulah yang menjadi penyebab suatu isim mengalami perubahan tanda akhir baik dalam keadaan rafa', nashab, maupun jar.

Jika dilihat dari segi tanda perubahannya, isim mu’rab dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu isim yang di-i’rabi dengan harakat dan isim mu'rab yang di-i’rabi dengan huruf.

Isim mu’rab yang di-i’rabi dengan harakat ada 6 macam, antara lain yaitu: 1) isim mufrad, 2) jamak muannats salim, 3) jamak taksir, 4) isim maqshur, 5) isim manqush, dan 6) isim ghairu munsharif.

Adapun isim mu’rab yang di-i’rabi dengan huruf ada 3 macam, yaitu: 1) isim tasniyah, 2) jamak mudzakar salim, dan 3) asma’ul khamsah atau asma’us sittah.

Macam-macam Isim Mu’rab

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa isim mu’rab adalah kelompok kata yang berubah-ubah keadaan akhirnya. Ada kalanya mu’rab bil harakati, dan mu’rab bil harfi. Jika ditotal secara keseluruhan, macam-macam isim mu'rab ada 9 macam, yaitu :

  1. Isim mufrad,
  2. Isim tasniyah,
  3. Isim jamak mudzakar salim,
  4. Isim jamak muannas salim,
  5. Isim jamak taksir,
  6. Isim maqshur,
  7. Isim manqush,
  8. Asma'ul khamsah / asma' as-sittah
  9. Isim ghairu munsharif.

1. Isim Mufrad

Kata "mufrad" berarti tunggal, sendiri atau yang satu. Isim mufrad adalah isim yang memiliki makna tunggal.

Menurut istilah ulama ahli nahwu, pengertian isim mufrad adalah:

وَهُوَ مَا لَيْسَ مُثَنَّى وَلَا مَجْمُوْعًا وَلَا مُلْحَقًا بِهِمَا وَلَا مِنَ الأَسْمَاءِ الخَمْسَةِ

“Isim mufrad adalah isim yang bukan berupa tasniyah, jamak atau mulhaq dengan keduanya, dan tidak termasuk asma’ul khamsah”.

Seperti kata مُسْلِمٌ (orang Islam), مُؤْمِنٌ (orang mukmin), زَيْدٌ (nama seseorang), تَاجِرٌ (pedagang), dan sebagainya. Adapun tanda i’rabnya adalah dengan harakat dhammah ketika rafa’, fathah ketika nashab, dan kasrah ketika jar.

Berikut adalah contoh kalimat isim mufrad:

  • مِنَ الغَرِيْبِ أَلَّا يُحِبُّ المُسْلِمُ اللُّغَةَ العَرَابِيَّةَ وَهِيَ لُغَةُ القُرْآنِ (Aneh kalau seorang muslim tidak menyukai bahasa Arab, padahal itu bahasa Al-Qur’an).
  • المُؤْمِنُ مَنْ يَعِيْشُ دُنْيَاهُ مِنْ أَجْلِ الفَوْزِ بِالآخِرَةِ (Seorang mukmin adalah yang hidup di dunia demi meraih akhirat).
  • كَيْفَ لَهَا أَنْ تُحِبَّ زَيْدًا فَقِيْرًا ؟ (Bagaimana mungkin dia mencintai Zaid yang miskin ?).
  • يَمْلِكُ التَّاجِرُ كُلَّ أَنْوَاعِ الأَكْيَالِ (Pedagang itu memiliku semua jenis alat takaran).

2. Isim Tasniyah

Macam isim mu’rab yang satu ini mungkin sedikit sulit menemukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Sebab dalam bahasa Indonesia kita hanya mendapati istilah tunggal dan jamak. Namun demikian, kiranya arti ganda lah yang mungkin cocok dengan istilah tasniyah dalam bahasa Arab.

وَهُوَ مَا دَلَّ عَلَى اثْنَيْنِ بِزِيَادَةٍ فِى آخِرِهِ

“Isim tasniyah adalah isim yang menunjukkan arti dua / ganda, dengan huruf tambahan di akhir kalimahnya”.

Isim tasniyah adalah isim mu’rab yang memiliki arti ganda dengan tambahan alif+nun ketika rafa' dan ya’+nun ketika nashab dan jar. Contohnya seperti lafadz مُسْلِمَانِ / مُسْلِمَيْنِ (dua orang muslim), رَجُلَانِ / رَجُلَيْنِ (dua pemuda), dan lain sebagainya.

Contoh kalimat isim tasniyah adalah sebagaimana berikut:

  • إِذَا هَمَّتْ طَائِفَتَانِ مِنْكُمْ أَنْ تَشْفَلَا وَاللّهُ وَلِيُّهُمَا (Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah penolong bagi kedua golongan itu).
  • مَاذَا عَلَيْكُمْ لَوْ قَرَأْتُمْ صَفْحَتَيْنِ مِنَ القُرْآنِ فِى اليَوْمِ ؟ (Apa susahnya kalau kalian mengaji dua lembar sehari?).
  • عَلَيْكُمْ أَنْ تَقْرَؤُوا عَلَى الأَقَلِّ كِتَابَيْنِ فِى اليَوْمِ (Kalian harus membaca paling tidak dua buku sehari).

3. Isim Jamak Mudzakar Salim

وَهُوَ لَفْظٌ دَلَّتْ عَلَى أَكْثَرَ مِنِ اثْنَيْنِ بِزِيَادَةٍ فِى آخِرِ

“Jamak mudzakar salim adalah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua dengan tambahan huruf di akhir kalimahnya”.

Isim jamak mudzakar salim merupakan isim mu’rab yang ketika rafa’ di tandai dengan wawu, dan dengan ya’ ketika tingkah nashab dan jar. Seperti lafadz مُسْلِمُوْنَ / مُسْلِمِيْنَ (orang-orang muslim), dan sebagainya.

Berikut contoh penggunaan isim jamak mudzakar salim dalam kalimat:

  • إِنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ (Orang-orang beriman itu sesungguhnya adalah saudara).
  • إِنَّ المُؤْمِنِيْنَ الصَّالِحِيْنَ ذَوُونَ خُلُقٍ حَسَنٍ (Sesungguhnya orang-orang yang beriman memiliki akhlak yang baik).
  • وَفِى الأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوْقِنِيْنَ (Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin).

Catatan: Terdapat sedikit persamaan antara jamak mudzakar salim dan isim tasniyah ketika nashab dan jar, yaitu sama-sama menggunakan huruf tambahan berupa ya’+nun. Untuk membedakannya, pada isim tasniyah sebelum huruf tambahan dibaca fathah (زَيْدَيْنِ), sedangkan pada jamak mudzakar salim dibaca kasrah (زَيْدِيْن).

4. Isim Jamak Muannats Salim

Isim jamak muannats salim tidak berbeda jauh dengan jamak mudzakar salim. Hanya berbeda dalam penambahan huruf dan penggunaannya saja, yaitu dengan menambahkan huruf alif+ta' di akhir kalimahnya.

Jika jamak mudzakar salim digunakan untuk jenis laki-laki, maka jamak muannats salim sebaliknya, yakni digunakan untuk jenis perempuan. Dalam hal mu’rab, jamak muannats salim ditandai dengan harokat dhammah ketika rafa’, dan dengan kasrah ketika nashab dan jarnya. Seperti lafadz مُسْلِمَاتٌ / مُسْلِمَاتٍ (orang-orang muslimah), dan lain-lain.

Berikut contoh jamak muannats salim dalam kalimat:

  • تَسْتَعْمِلُ المُسْلِمَاتِ أَلْثَامًا (orang-orang muslimah itu memakai cadar).
  • إِنَّمَا المُؤْمِنَاتِ الصَّالِحَاتِ ذَوَاتُ خُلُقٍ حَسَنٍ (Seseungguhnya para wanita beriman memiliki akhlak yang baik).
  • حَصَلَ أَوَائِلُ المُشْتَرِيَاتِ عَلَى الحَسْمِ (Orang-orang yang pertama membeli (pr) akan mendapatkan diskon).

5. Isim Jamak Taksir

Secara bahasa (etimologi) kata "taksir" adalah bentuk mashdar dari kata "kassara" (كَسَّرَ), yang artinya rusak. Sedangkan menurut istilah (terminologi) pengertian jamak taksir adalah:

وَهُوَ مَا تَغَيَّرَ فِيْهِ بِنَاءُ مُفْرَدِهِ

“Isim jamak taksir adalah kata benda yang mengalami perubahan bentuk mufradnya”.

Misalnya lafadz "rajulun" رَجُلٌ menjadi "rijalun" رِجَالٌ, lafadz "nabiyyun" نَبِيٌّ menjadi "anbiya'u" أَنْبِيَاءُ, yaitu dengan merubah struktur asal. Berbeda ketika dijadikan jamak mudzakar salim menjadi "nabiyyuna" نَبِيُّوْنَ, tanpa merusak struktur asal. Itulah mengapa macam isim mu’rab yang satu ini disebut "taksir" (rusak) sebagai pembanding dari kata "salim" (selamat).

Adapun tanda i’rab jamak taksir sebagaimana i’rabnya isim mufrad, yaitu ketika rafa’ dengan dhammah, ketika nashab dengan fathah, dan ketika jar dengan kasrah.

Contoh penggunaan jamak taksir dalam kalimat seperti:

  • الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ (Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita).
  • إِذْ جَعَلَ فِيْكُمْ أَنْبِيَاءَ (Ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu).
  • كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ (Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya).

Catatan: Isim jamak merupakan lawan kata dari isim mufrad. Jika isim mufrad menunjukkan makna kurang dari dua, maka isim jamak adalah isim yang menunjukkan arti lebih dari dua. Dalam bahasa Arab, macam isim mu’rab yang satu ini dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu jamak mudzakar salim, jamak muannats salim, dan jamak taksir. Seperti yang telah dijelaskan di atas.

6. Isim Maqshur

Secara bahasa (etimologi) "maqshur" merupakan bentuk isim maf’ul dari kata "qashara-yaqshuru" (قَصَرَ- يَقْصُرُ) yang berarti memberi batas atau membatasi. Sedangkan pengertian isim maqshur secara istilah (terminologi) sebagaimana berikut ini.

كُلٌّ اسْمٍ مُعْرَبٍ آخِرُهُ آلِفَ لَازِمَةٍ وَ مَفْتُوْحٍ مَا قَبْلَهَا

“Isim maqshur adalah setiap isim yang huruf akhirnya berupa alif lazimah (alif bengkok) dan huruf sebelum akhir wajib dibaca fathah”.

Adapun i’rab isim maqshur, baik ketika rafa’, nashab, maupun jar dii’rabi dengan alamat muqaddarah (dikira-kirakan atas alif). Yaitu ditandai dengan dhammah muqoddarah ketika rafa’, dengan fathah muqaddarah ketika nashab, dan kasrah muqoddarah ketika jar.

Kebalikan dari isim mufrad, yang memakai tanda i’rab dhahirah (nampak). Contohnya seperti lafadz الدُّمَى, bentuk jamak dari lafadz دُمْيَةٌ yang mengikuti wazan فُعْلَةٌ.

Berikut contoh isim maqshur dalam kalimat:

  • أَهَمُّ الْمَطَالِبِ رِضَا اللهِ (Paling pentingnya pengharapan yakni mengharap ridha Allah).
  • إِنَّ رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ (Sesungguhnya keridhaan manusia itu akhir yang belum final).
  • اِحْرِصْ عَلَى رِضَا وَالِدَيْكَ (Serakahlah ..! atas keridhaan kedua orang tuamu).

Catatan: Apabila isim maqshur ditanwin, maka alifnya harus dibuang pada pengucapannya, namun masih ditetapkan dalam penulisannya. Seperti lafadz الجَوَى, ketika al (ال) dibuang menjadi جَوًى. Dan tidak semua isim maqshur itu harus berupa isim tsulasi (isim yang berupa tiga hurufnya), ada juga isim maqshur yang berupa ruba’i, seperti lafadz مُرْتَضَى.

7. Isim Manqush

Kata "manqush" merupakan bentuk isim maf’ul dari kata "naqasa-yanqusu" (نَقَصَ - يَنْقُصُ) yang berarti berkurang. Pengertian isim manqush secara istilah adalah isim yang huruf akhirnya berupa ya’ lazimah.

وَهُوَ كُلُّ اسْمٍ مُعْرَبٍ آخِرُهُ يَاءَ لَازِمَةٍ وَ مَكْسُوْرٍ مَا قَبْلَهَا

“Isim manqush adalah setiap isim yang huruf akhirnya berupa ya’ lazimah dan huruf sebelum akhir wajib dibaca kasrah”.

Berbeda dengan isim maqshur yang secara keseluruhan i’rabnya adalah muqaddarah (dikira-kirakan). Pada isim manqush, i’rab yang muqaddarah hanya menempati mahal rafa’ dan jar saja, selebihnya memakai i’rab dhahirah (nampak).

Lebih jelasnya, apabila rafa’ dan jar ditandai dengan dhammah dan kasrah muqaddarah, ketika mahal nashab ditandai dengan fathah dhahirah. Seperti halnya lafadz القَاضِيْ, الغَالِيْ dan sebagainya.

Berikut contoh penggunaan isim manqush dalam kalimat:

  • هَذَا الكِتَابُ غَالٍ بَعْضَ الشَّيْئِ (Buku/kitab ini agak mahal).
  • فَأَقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ (Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan).
  • يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُوْنَ الدَّاعِيَ لَا عِوَاجَ لَهُ (Pada hari itu manusia (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok).

Catatan: Ketika alif+lam (ال) dibuang dan tidak dalam keadaan nashab, maka huruf ya’ isim manqush juga harus dibuang, kemudian mendatangkan tanwin. Contohnya seperti lafadz القَاضِيْ, menjadi قَاضٍ. Kebalikannya isim maqshur yang harus menetapkan alifnya ketika ditanwin.

8. Asma’ul Khomsah

Asma’ul khomsah adalah isim-isim yang lima, yaitu أَبٌ (Bapak), أَخٌ (Saudara), حَمٌ (Paman), فُوْ (Mulut), dan ذُوْ (Pemilik). Namun, dalam kitab Al-Fiyah, kita akan mendapati enam macam isim yang disebut as’maus sittah (isim-isim yang enam), yakni ketambahan lafadz هَنُ (Anu).

Asma’ul khamsah atau asma’us sittah merupakan isim mu’rab yang ketika rafa’ ditandai dengan wawu, ketika nashab dengan alif, dan ketika jar dengan ya’.

وَارْفَعْ بِوَاوٍ وَانْصِبَنَّ بِالآلِفْ | وَاجْرُرْ بِيَاءٍ مَا مِنَ الأَسْمَا أَصِفْ

“Rafa’kan lah dengan wawu, nashabkan lah dengan alif, dan jerkanlah dengan ya’ pada isim-isim yang telah (mushannif) sifati (asmau as-sittah)”.

Contoh asma’ul khamsah / sittah dalam kalimat adalah sebagai berikut:

  • جَاءَ أَبُوْ زَيْدٍ (Bapaknya Zaid telah datang).
  • رَأَيْتُ أَبَاهُ فِى المَسْجِدِ (Saya melihat Bapaknya Zaid di masjid).
  • مَرَرْتُ بِأَبِيْهِ (Saya berpapasan dengan Bapaknya Zaid).

Catatan: Lafadz هَنُ merupakan kinayah salah satu bagian dari anggota badan yang terkadang memiliki konotasi tidak baik, seringnya dimaknai sebagai (anu).

9. Isim Ghairu Munsharif

Macam-macam isim mu’rab yang terakhir yaitu isim ghairu munsharif, yaitu kata benda yang tidak menerima tanwin, lawan kata dari isim munsharif (menerima tanwin).

Pada dasarnya semua isim itu menerima tanwin yang berfungsi memperkuat kedudukan suatu isim. Suatu isim tidak dapat menerima tanwin karena ada perkara yang mencegahnya, dalam ilmu nahwu disebut "man’u as-sharfi" (منع الصّرف) atau mani’ kemunsharifan.

Ada banyak sekali faktor-faktor yang mencegah isim untuk menerima tanwin, seperti isim yang di akhiri dengan alif ta’nits, baik itu alif ta’nits maqshurah maupun mamdudah. Contohnya lafadz عَطْشَى ,حَبْلَى ,حَمْرَاءُ ,سَوْدَاءُ, dan lain-lain.

Adapun i’rab isim ghairu munsharif yakni ditandai dengan dhammah ketika menempati mahal rafa’, dan dengan fathah ketika mahal nashab dan jar.

Contoh isim ghairu munsharif adalah kalimat berikut:

  • رَغِبَ أَحْمَدُ فِى تَكْوِيْنِ الأَلفَاظِ المُشَوِّقَةِ (Ahmad suka membuat ungkapan-ungkapan yang memotivasi).
  • أَصَرَّ السَّائِقُ عَلَى المُرُوْرِ وَالإِشَارَةُ حَمْرَاءُ (Supir itu terus menerobos, padahal lampu sedang merah).
  • بُذُوْرُ الحُبِّ بَيْنَ أَحْمَدَ وَفَاطِمَةَ مُزْدَهِرَةٌ (Benih-benih cinta di antara Ahmad dan Fatimah tumbuh).

Catatan: Pembahasan mengenai isim ghairu munsharif ini akan sangat panjang jika diuraikan secara detail. Karena mempunyai rincian tersendiri di setiap pembagiannya.

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian dan macam-macam isim mu’rab beserta contoh penggunaannya dalam kalimat bahasa Arab. Dengan mempelajari isim mu'rab para pelajar akan lebih mudah dalam menemukan dan membuat contoh kalimatnya secara mandiri.

Agar lebih memudahkan dalam mengenali pembagian isim mu’rab beserta tanda i'rabnya, berikut kami sajikan dalam bentuk tabel isim mu’rab yang dapat dipelajari dan dihafal.

إسم المعرب
الجرّ النّصب الرّفع الأسماء
كسرة فتحة ضمة المفرد
ياء ياء آلف التثنية
ياء ياء واو جمع المذكر السالم
كسرة كسرة ضمة جمع المؤنث السالم
كسرة فتحة ضمة جمع التكسير
كسرة مقدر فتحة مقدرة ضمة مقدرة المقصور
كسرة مقدر فتحة ظاهرة ضمة مقدرة المنقوص
ياء آلف واو أسماء الخمسة
فتحة فتحة ضمة غير منصرف
Article Policy: Diperbolehkan mengambil sebagian artikel ini untuk tujuan pembelajaran dengan syarat menyertakan link sumber. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami.
Tutup Komentar