Contoh Jamak Mudzakkar Salim: I’rab, Syarat, dan Pembagiannya

Daftar Isi

Nahwushorof.ID - Jamak mudzakkar salim adalah kata benda yang menunjukkan makna lebih dari dua, ditandai dengan adanya huruf tambahan berupa wawu+nun ketika rafa’, dan ya’+nun ketika nashab dan jar. Penyematan kata "salim" pada jenis isim jamak ini sebab ketika perubahan bentuknya dari mufrad ke jamak susunannya tidak rusak.

Contohnya kata "zaidun" (زَيْدٌ), ketika dibuat jamak mudzakkar salim menjadi "zaiduna/zaidina" زَيْدُونَ/زَيْدِينَ, tanpa merusak susunan awal. Oleh karena itulah, isim mudzakar jenis jamak ini disebut "salim" yang berarti selamat, lawan kata dari taksir (rusak).

Pembagian Jamak Mudzakkar Salim

Dalam kaidah ilmu nahwu, isim jamak mudzakkar salim dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1) jamak mudzakkar salim haqiqi, dan 2) jamak mudzakkar salim majazi / mulhaq jamak mudzakkar salim.

1. Jamak Mudzakkar Salim Haqiqi

Jamak mudzakkar salim haqiqi adalah kata benda bentuk jamak yang dapat ditajrid (dipisah-pisah) dan dibuat athaf-athafan (ma’thuf dan ma’thuf alaih).

Contohnya jamak mudzakkar salim haqiqi seperti lafadz "muslimuna/muslimina" (مُسْلِمُوْنَ/مُسْلِمِيْنَ), ketika ditajrid kemudian diathaf-athafkan menjadi "muslimun wa muslimun wa muslimun" (مُسْلِمٌ وَمُسْلِمٌ وَمُسْلِمٌ).

2. Jamak Mudzakkar Salim Majazi

Sedangkan yang dimaksud dengan jamak mudzakkar salim majazi atau mulhaq jamak mudzakkar salim adalah kata benda bentuk jamak dengan tambahan huruf wawu+nun ketika rafa’ dan ya’+nun ketika nashab dan jar. Dengan kata lain, maksud majazi di sini adalah isim yang disamakan dengan jamak mudzakkar salim yang haqiqi.

Contoh mulhaq jamak mudzakkar salim adalah sebagaimana lafadz "ahluna" (أَهْلُونَ), "aroduna" (أَرَضُوْنَ), dan bilangan 20-90 (عِشْرُوْنَ وَبَابُهُ).

Baca juga : Isim Tasniyah : Pengertian, Pembagian, Contoh dan I'rabnya

I’rab Jamak Mudzakkar Salim

I’rab jamak mudzakkar salim ketika rafa’ adalah wawu. Adapun huruf nun yang terjatuh tepat setelah wawu wajib dibaca fathah.

Contoh jamak mudzakkar salim ketika rafa’ sebagaimana kata "muslimuna" (المُسْلِمُونَ) dalam kalimat المُسْلِمُونَ إِقَامَةُ التَّرَاوِيْحِ فِى المَسْجِدِ (Orang-orang Islam mendirikan sholat tarawih di masjid).

Pada contoh di atas, kata المُسْلِمُونَ berkedudukan sebagai mubtada' yang wajib dibaca rafa’. Tanda i’rabnya adalah wawu.

Sedangkan i'rab jamak mudzakkar salim ketika menempati kedudukan nashab dan jar ditandai dengan huruf ya', dan huruf setelahnya dibaca fathah.

Contoh jamak mudzakkar salim ketika nashab seperti kata "mukminina" (المُؤْمِنِيْنَ) dalam kalimat إِنَّ المُؤْمِنِيْنَ الصَّالِحِيْنَ ذَوُونَ خُلُقٍ حَسَنٍ (Sesungguhnya orang-orang yang beriman memiliki akhlak yang baik).

Kata المُؤْمِنِيْنَ berkedudukan sebagai isimnya inna yang wajib dibaca nashab. Tanda i’rab nashabnya adalah ya’.

Adapun contoh jamak mudzakkar salim ketika jar seperti kata "musyrikina" (المُشْرِكِيْنَ) dalam kalimat وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِيْنَ (Dan tidaklah dia (Ibrahim) dari golongan orang-orang musyrik).

Kata المُشْرِكِيْنَ pada contoh tersebut dibaca jar berkedudukan sebagai majrur dari huruf jer مِنْ. Tanda i’rabnya adalah ya’.

Syarat Jamak Mudzakkar Salim

Tidak semua isim dapat dijadikan jamak mudzakkar salim. Terdapat syarat-syarat jamak mudzakkar salim yang mesti dipenuhi sebelum kita membuatnya. Dalam sya’ir nadzam Alfiyah, Imam Ibnu Malik berkata :

وَارفَعْ بِوَاوٍ وَبِيَا اجْرُرْ وَانصِبِ | سَالِمَ جَمْعِ عَامِرٍ وَمُذْنِبِ

“Rafa’kanlah dengan wawu, jer dan nashabkanlah dengan ya’ jamak mudzakkar salimnya lafadz عَامِرٌ dan مُذْنِبٌ”.

Maksud perkataan عَامِرٌ dan مُذْنِبٌ pada bait di atas merujuk pada isim jamid dan isim sifat. Dengan demikian, secara garis besarnya ada dua syarat jamak mudzakkar salim, yaitu berupa isim jamid dan isim sifat.

1. Berupa Isim Jamid

Syarat isim yang dapat dijadikan jamak mudzakkar salim yaitu berupa isim jamid. Isim jamid adalah isim yang bentuk kalimahnya tidak diambil dari kalimah lainnya.

Isim jamid yang dibuat jamak mudzakkar salim memiliki 5 syarat, yaitu :

  • Termasuk isim alam,
  • Berupa isim yang mudzakar,
  • Aqil (berakal),
  • Sepi dari ta’ ta’nis,
  • Tidak terbentuk dari tarkib mazji atau tarkib isnadi.

Contoh isim jamid yang memenuhi syarat dijadikan jamak mudzakkar salim seperti lafadz "khalidun" (خَالِدٌ), ketika dibuat jamak mudzakkar salim menjadi "khaliduna/khalidina" (خَالِدُوْنَ/خَالِدِيْنَ).

Jika tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang telah sebutkan di atas, maka tidak dapat dibuat jamak mudzakkar salim. Misalnya lafadz "farasun" (فَرَسٌ), tidak boleh diucapkan menjadi "farasuna" (فَرَسُوْنَ). Karena arti kata فَرَسٌ adalah kuda, dan ia termasuk isim yang ghairi aqil (tidak memiliki akal).

Contoh lainnya seperti “Surabaya”, kata ini tidak dapat dibuat jamak mudzakkar salim sebab ia terbentuk dari tarkib mazji (penggabungan dua kata), yaitu "Sura" dan "Baya".

Terlepas dari persyaratan di atas, sebagian ulama ahli nahwu ada yang berpendapat bahwa tarkib idhafah dapat dibuat jamak mudzakkar salim. Akan tetapi hanya shadarnya (mudhaf), bukan ajuznya (mudhaf ilaih).

Contoh tarkib idhafah yang dibuat jamak mudzakkar salim seperti lafadz عَبْدُ اللّهِmenjadi عَبْدُو اللّهِ. Bentuk asalnya adalah عَبْدُونَ اللّهِ, huruf nun yang terdapat pada kata عَبْدُونَ dibuang sebab berlaku mudhaf.

2. Berupa Isim Sifat

Isim jamak mudzakkar salim haruslah berupa isim sifat. Isim sifat adalah kata yang berfungsi sebagai sifatnya sesuatu, seperti isim fa’il, isim maf’ul, dan lain-lain. Contohnya kata نَاصِرُوْنَ/نَاصِرِيْنَ yang berakar dari bentuk mufrad نَاصِرٌ, yang berarti penolong/orang yang menolong, sifat dari orang itu sendiri.

Syarat isim sifat dibuat jamak mudzakkar salim ada enam syarat, yaitu :

  • Berupa mudzakkar,
  • Aqil (berakal),
  • Sepi dari ta’ ta’nis,
  • Tidak mengikuti wazan أَفْعَلُ yang memiliki bentuk muannats فَعْلَاءُ,
  • Tidak mengikuti wazan فَعْلَانُ yang memiliki bentuk muannats فَعْلَى,
  • Isim sifat yang tidak digunakan untuk mensifati mudzakkar dan muannats.

Contoh isim sifat yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut sebagaimana lafadz "muta'allimun" (مُتَعلِّمٌ), ketika dibuat jamak mudzakkar salim menjadi "muta'allimuna/muta'allimina" (مُتَعَلِّمُوْنَ/مُتَعَلِّمِيْنَ).

Berbeda dengan lafadz "khaidun" (حَائِضٌ) (orang yang haid), meskipun berupa isim sifat akan tetapi ia diperuntukkan untuk mensifati muannats. Maka tidak boleh diucapkan menjadi "khaiduna/khaidina" (حَائِضُونَ/حَائِضِيْنَ).

Baca juga : Contoh Jamak Muannats Salim: I'rab, Pengertian, dan Penjelasannya

Kesimpulan

Jamak mudzakkar salim adalah kata benda bentuk jamak untuk mudzakkar yang ditandai dengan huruf tambahan wawu+nun atau ya’+nun di akhir kalimahnya. Jenis isim ini merupakan pembagian isim dalam bahasa Arab yang dilihat dari segi bilangannya.

I’rab jamak mudzakkar salim ketika rafa’ adalah wawu, ketika nashab dan jar di i’rabi dengan ya’. Dan nun yang terjatuh tepat setelah wawu/ya’ dibaca fathah, ada juga yang membaca nunnya jamak mudzakkar salim dengan kasrah, akan tetapi sedikit berlakunya.

Baca juga : Nun pada Jamak Mudzakkar Salim dan Isim Tasniyah

Secara garis besarnya, syarat jamak mudzakkar salim haruslah berupa isim jamid dan isim sifat. Masing-masing dari kedua syarat ini memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri sehingga layak untuk dijamak mudzakkar salim-kan. Jadi, tidak semua isim jamid dan isim sifat dapat dibuat jamak mudzakkar salim.

Nahwu Shorof Online
Nahwu Shorof Online Media belajar bahasa Arab online terbaik, menyajikan materi ilmu Nahwu dan Shorof yang bersumber dari buku dan kitab bahasa Arab.

Posting Komentar