Isim Alam: Contoh, Macam, dan Penjelasannya dalam Bahasa Arab
Oleh Nahwushorof.ID, pada : Juni 25, 2021

Pengertian Isim Alam dalam Bahasa Arab
Dalam hal kema'rifatan, isim alam menempati urutan kedua setelah isim dhamir. Kecuali alam yang menunjukkan atas dzat yang wahid (satu) yaitu Allah Swt, maka ulama sepakat bahwa ini adalah paling ma'rifatnya isim ma'rifat daripada dhamir. Oleh karena itu, isim alam diartikan para ulama dengan ismullah azza wajalla (asma' Allah yang maha mulia dan agung).
Baca juga: Isim Nakirah dan Isim Ma'rifat
Secara umum, isim alam dalam bahasa Arab didefinisikan sebagai sesuatu yang nampak secara jelas, seperti gunung-gunung, Makkah, nama orang dan sebagainya. Allah Swt telah berfirman dalam QS. Asy-Syura: 32, yang berbunyi :
وَمِنْ أٰيٰتِهِ الجَوَارِ فِى البَحْرِ كَالأَعْلَامِ {الشورى: ٣٢} أى: كَالجِبَالِ
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah kapal-kapal yang berlayar di lautan (dengan berbagai muatan yang menjulang tinggi seperti gunung-gunung)". (QS. Asy-Syura: 32)
Imam Ibnu Malik berkata dalam bait sya'ir nadham Alfiyah :
إِسْمٌ يُعَيِّنُ المُسَمَّى المُطْلَقَا | عَلَمُهُ كَجَعْفَرٍ وَخِرْنِقَا
وَقَرَنٍ وَعَدَنٍ وَلَاحِقِ | وَشَذْ قَمٍ وَهَيْلَةٍ وَوَاشِقِ
Artinya : "Isim alam adalah isim yang menyatakan kepada sesuatu secara mutlak, contohnya seperti جعفر (nama laki-laki), خرنق (nama perempuan), قرن (nama desa), عدن (nama kota), لاحق (nama kuda), شذ قم (nama unta), هيلة (nama perempuan), واشق (nama hewan).
Maksudnya, isim alam adalah isim yang menunjukkan atas makna tertentu tanpa adanya qayyid takallum (orang pertama), khithab (orang kedua), atau ghaibah (orang ketiga). Maka isim dhamir bukanlah isim alam, karena ia menyatakan atas sesuatu disertai dengan qayyid takallum seperti "أَنَا" (saya), khithab seperti "أَنْتَ" (kamu), dan ghaibah seperti "هِيَ" (dia). (Lihat, Syaikh Ibnu Aqil, dalam "Alfiyah Ibnu Aqil". Surabaya: Nurul Huda, hlm. 19).
Baca juga: Isim Dhomir Kata Ganti dalam Bahasa Arab
Syekh Muhammad bin Shalih juga menjelaskan mengenai pengertian isim alam dalam kitabnya Syarah Alfiyah Ibnu Malik, bahwa isim alam adalah isim yang menyatakan atas makna tertentu, dan peryataan tersebut bersifat mutlak. Jadi, isim yang tidak jelas atau belum tentu maknanya tidak bisa dikatakan sebagai isim alam, seperti kata "رَجُلٌ" (laki-laki) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud mutlak dalam pengertian ini berarti tidak membutuhkan kepada perantara lainnya. Jika ia menunjukkan atas makna meskipun tertentu, namun masih membutuhkan perantara lainnya maka tidak bisa disebut isim alam. Seperti isim isyarah yang masih membutuhkan perantara berupa isyarah. Begitu juga dengan isim maushul yang masih membutuhkan perantara berupa shilah ketika menyatakan atas makna tertentu. (Lihat, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsamain. "Syarah Alfiyah Ibnu Malik", jilid 1. Maktabah Ar-Rusydi, hlm. 245-246).
Pembagian Isim Alam dan Contohnya
Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik yang kemudian dirinci lagi oleh Imam Ibnu Aqil dalam kitab "Alfiyah Ibnu Aqil" menyebutkan bahwa pembagian isim alam ada 3 macam, yaitu alam asma', alam kunyah, dan alam laqob.
وَيَنْقَسِمُ العَلَمُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ إِلَى إِسْمٍ، وَكُنْيَةٍ، وَلَقَبٍ
Artinya : "Isim alam terbagi menjadi tiga macam: 1) alam asma', 2) alam kunyah, dan 3) alam laqob.

1. Isim Alam Asma'
Alam asma' adalah isim yang dijadikan tanda atas sesuatu yang dinamai tanpa menunjukkan arti memuji atau mencela. Dengan kata lain, alam asma' adalah isim alam yang tidak berupa alam kunyah atau laqob.
Contoh alam asma' seperti kata "زَيْدٌ" (Zaid), "بَكْرٌ" (Bakr), dan "خَالِدٌ" (Khalid), "فَاطِمَةُ" (Fatimah), "سَلْمٰى" (Salma), "مَكَّةُ" (Makkah), "مَدِيْنَةُ" (Madinah), dan lain sebagainya.
Baca juga: Isim Alam Syakhs dan Alam Jenis
2. Isim Alam Kunyah
Alam kunyah adalah isim alam yang di awali dengan kata "أَبٌ" (bapak) atau "أُمٌّ" (ibu). Dan ini merupakan pendapat yang masyhur atau banyak digunakan. Contoh alam kunyah adalah lafadz "أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ" (Abu Abdillah), dan "اُمُّ الخَيْرِ" (Ummul Khair).
Tetapi, ada sebagian ulama ahli nahwu yang menyatakan bahwa alam kunyah tidak hanya diawali dengan "أَبٌ" dan "أُمٌّ" saja, namun di awali juga dengan lafadz "إِبْنٌ/إِبْنَةٌ" (putra/putri), "أَخٌ/أُخْتٌ" (saudara/saudari), "عَمٌّ/عَمَّةٌ" (paman/bibi (dari pihak bapak)), "خَالٌ/خَالَةٌ" (paman/bibi (dari pihak ibu)), contohnya seperti lafadz "إِبْنُ عَبَّاس" (Ibnu Abbas r.a). Dan ini adalah pendapat yang shahih.
3. Isim Alam Laqob
Yang dimaksud alam laqob adalah isim alam yang mengandung makna memuji atau mencela. Contohnya adalah "قُفَّةٌ" sebagai nama seseorang yang berarti pendek/cebol. Maka ia termasuk contoh alam laqob karena mengandung makna mencela/mengejek.
Contoh alam laqob lainnya seperti halnya kata "زَيْنُ العَابِدِيْنَ", yang mengandung makna bagus-bagusnya seorang hamba. Dikatakan alam laqob karena memang menunjukkan makna memuji atau pujian.
Baca juga: Isim Alam Manqul dan Alam Murtajal
Alam Asma', Laqob, dan Kunyah Berkumpul, Mana yang didahulukan?
Setelah apa yang telah disampaikan pada penjelasan di atas, kini kita mengetahui bahwa isim alam dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga macam, yaitu alam asma', alam kunyah dan alam laqob.
Jika alam asma' berkumpul dengan alam laqob dalam satu kalimah, atau alam asma' berkumpul dengan alam kunyah, mana yang harus didahulukan ? Jawabannya adalah potongan bait Alfiyah Ibnu Malik berikut ini :
... | وَأَخِّرَنْ ذَا إِنْ سِوَاهُ صَحِبَا
وَإِنْ يَكُونَا مُفْرَدَيْنِ فَأَضِفْ | حَتْمًا وَإِلَّا أَتْبِعِ الَّذِى رَدِفْ
"Akhir-kan lah alam laqob apabila selainnya menyertainya, dan jika alam asma' dan laqob itu mufrad keduanya maka mudhafkan lah, apabila tidak maka ikutkan lah kepada alam asma".
Artinya, ketika alam laqob bertemu atau berkumpul dengan alam asma' dalam satu kalimat maka wajib mendahulukan alam asma'. Contohnya seperti "جَاءَ زَيْدٌ زَيْنُ العَابِدِيْنَ", pada contoh ini kata "زَيْدٌ" berkedudukan sebagai alam asma' yang wajib didahulukan sedangkan "زَيْنُ العَابِدِيْنَ" adalah contoh alam laqob yang diakhirkan. Meski demikian, ada juga alam laqob yang didahulukan, seperti sya'ir Arab berikut ini :
بِأَنَّ ذَاالْكَلْبَ عَمْرًا خَيْرَهُمْ حَسَبًا | بِبَطْنِ شِرْيَانَ يَعْوِى حَوْلَهُ الذِّيْبُ
"Sesungguhnya pemilik anjing ini adalah Amr orang yang paling terhormat kedudukannya di antara mereka yang menghuni lembah Syiryan yang dikelilingi serigala-serigala penolong".
Pada sya'ir di atas, lafadz "ذَاالْكَلْبَ" adalah contoh alam laqob yang didahulukan mengakhirkan alam asma', yaitu "عَمْرًا". Dan ini langka penggunaannya.
Akan tetapi, apabila alam asma' dan alam laqob sama-sama dalam bentuk mufrad (tidak mudhaf) maka alam asma' harus dimudhafkan kepada alam laqob. Seperti halnya lafadz "سَعِيْدُ كُرْزٍ" (Sa'id dekil), di mana kata "سَعِيْدُ" sebagai asma'nya dan "كُرْزٍ" sebagai laqobnya.
Lalu, bagaimana dengan alam asma' yang berkumpul bersama alam kunyah ?. Jika alam asma' berkumpul dengan alam kunyah maka hukumnya ikhtiyar, artinya boleh memilih antara mana yang akan didahulukan. Contohnya "مُحَمَّد أَبُو قَاسِم", boleh diucapkan "أَبُو قَاسِم مُحَمَّد" dengan mendahulukan alam kunyah. Begitu juga ketika alam kunyah bertemu alam laqob dalam satu kalimah, maka boleh pilih-pilih. Misalnya lafadz "أَبُو عَبْدِ اللّٰه زَيْنَ العَابِدِينَ", boleh mendahulukan alam laqob mengakhirkan alam kunyah, menjadi "زَيْنَ العَابِدِينَ أَبُو عَبْدِ اللّٰه".
Itulah penjelasan mengenai isim alam dalam bahasa Arab atau yang kita kenal dengan kata nama baik itu bersifat konkrit maupun abstrak, aqil (berakal) ataupun ghairu aqil (tidak berakal), seperti nama orang, hewan, tempat, dan sebagainya. Semoga mengedukasi dan menginspirasi pemula dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab khususnya nahwu dan sharaf.